Jumat, 31 Desember 2010

   Seandainya Tuhan nggak terlalu sibuk di atas sana, aku pengen Dia membantuku dekat dengan cowok keren yang terus-terusan aku pikirkan setiap hari. Dan, kalau Tuhan nggak keberatan, sekalian membantuku menghilangkan rasa kurang pede dalam diriku. Yaaahh, selama ini aku cuma bisa mengawasi cowok keren itu dari seberang kolam renang. Aku terlalu malu jika harus mengungkapkan langsung perasaanku padanya.
   Cowok keren pindahan dari Bandung itu begitu mempesona (hottie allert!). Selalu saja aku membayangkan akan jadian dengannya. Tapi aku tetap saja begini, hanya membayangkan... dan membayangkan...
                     ***
   "Kira-kira Tuhan bakal kerepotan nggak ya, mengabulkan permohonanku?"
                     ***
   Hmmm... tapi sebelum ada tanda-tanda Tuhan akan mengabulkan permohonanku, aku tersandung masalah baru. Sejam yang lalu aku cuma cewek biasa-biasa saja. Sekarang aku adalah bagian terpenting dari kasus kriminal. Bukan, bukan korban. Melainkan aku jadi orang yang bersaksi karena aku -nggak sengaja- menemukan mayat. Hiks... sebetulnya aku cuma kurang beruntung saja. Kalau saja nggak aku ikuti kucing liar sialan itu...
                     ***
   Karena aku terlalu sibuk memandangi cowok keren itu dari halaman belakang, tanpa aku sadari kalung monte kupu-kupu ku terjatuh. Dan aku baru mengetahuinya setelah seekor kucing liar yang entah lewat darimana membawa kalung kesayanganku itu. Mungkin dia kira itu adalah semacam kudapan manis yang enak dijilati. Kucing itu menuju pagar pembatas yang berlobang kecil di bagian bawahnya. Pas sekali untuk ukuran tubuhnya menerobos lobang itu.
   Hampir saja aku menangkapnya, kalau saja separuh dari badanku bisa tembus ke lobang itu. Uhh... sial, aku nggak bisa meraihnya. Karena saking berharganya benda itu, aku kejar saja kucing itu.
                     ***
   Aku terpaksa harus lewat pintu depan supaya bisa menangkap kucing itu. Ini artinya aku berputar mengelilingi rumahku sendiri. Kalau saja itu bukan benda pemberian Dio, aku pasti nggak akan repot harus melakukan ini. Dio itu mantanku waktu SMP, orangnya baik dan dia punya tampang cute yang nggak akan bikin orang bosan kalau memandangnya.
   Eh... udahlah, kenapa aku jadi menceritakan Dio? Dia cuma masa lalu. Tapi sekalipun dia adalah masa lalu, kalung monte pemberiannya selalu aku jaga dengan baik. Entah kenapa, aku nggak pernah berpikir mau membuangnya atau memusnahkannya. Itu aku lakukan karena aku pengen saja.
                     ***
   Balik lagi soal kucing...


   "Huh, kemana sih kucing sialan itu?", gerutuku ketika sampai di tanah kosong belakang rumahku. "Tadi kayaknya ke arah sini..."
   Aku terus mencari kucing itu, walaupun matahari sama sekali nggak mau kerjasama denganku. Panasnya aku rasakan sangat membakar kulit.
   Setelah hampir seperempat jam aku mencari, akhirnya aku nyerah. Nggak kuat kalau harus kucing-kucingan sama kucing. [?]
   Mungkin ini udah takdirnya kalung itu nggak jadi milikku lagi. Mungkin kalung itu bosan melingkar di leherku terus. Mungkin dia sedang mencari pemilik lain. Ahh... semua serba mungkin.
                     ***
   Aku bergegas kembali ke rumah. Dan aku udah mengikhlaskan kalung itu. Tapi.....
   "Sssrreeekkkk......", terdengar suara dari balik semak-semak yang nggak jauh dari tempatku berdiri.
   "Apaan tuh?", karena penasaran, aku intip saja apa yang ada di balik semak-semak itu. Dan...
   "Hah...?" ternyata kucing tadi. Tapi.......
   "Itu apa ya, yang di dekatnya?", tanyaku pada diriku sendiri. Sebuah karung plastik. Besar. Saking penasarannya, aku buka saja apa yang ada di dalamnya dan melupakan kalung monteku yang masih saja dicengkram kucing itu.
   ".....???"
                     ***
   Aku kaget setengah mati. Hampir saja aku terpental sejauh lebih dari satu meter. Dan aku berusaha mundur lebih jauh lagi dari itu. Tapi kakiku kaku. Aku nggak bisa apa-apa selain diam di tempat itu.  Apa yang aku lihat sama sekali nggak pengen aku lihat.
   "Tuhan, kenapa aku harus bertemu dengan mayat disini? Ya Tuhan, aku takut, apa yang harus aku lakuin?", batinku sambil mengatur napasku yang luar biasa sesaknya.
                     ***
   


Apa ya, yang bakal terjadi selanjutnya? Hehe, tunggu posting selanjutnya, soalnya saya sedang buntu nih, belom bisa ngeluarin energi imajinasi lagi. *wakwaw*
Ya, pokoknya ditunggu lah, maap ya. Siya ^^
    sugarplumstory

Tidak ada komentar:

Posting Komentar